Skip to main content

Kembalilah Sir Alex Fergie..!!!







Hampir 4 tahun berlalu sejak kepergian Sir Alex Fergusen dari Old Trafford di akhir musim 2013. Pria skotlandia ini memutuskan pensiun setelah melatih Manchester United selama lebih dari 26 tahun. Sederet sukses dan prestasi cemerlang pernah ia torehkan selama menukangi MU. Memang dia tak lantas meninggalkan Manchester United begitu saja, ada beberapa peran baru yang akan ia dilakoni pasca mengumumkan pensiun dari dunia kepelatihan, yakni sebagai Direktur dan duta besar Klub.

Banyak yang menyayangkan keputusan Fergie untuk pensiun melatih MU, namun banyak pula yang bisa memaklumi alasan mengapa Fergie merasa perlu untuk berhenti melatih MU. Mungkin Fergie berpikir, waktu 26 tahun dirasa sudah sangat cukup untuk mempersembahkan segala kemampuan yang ia punya kepada Klub. Atau Fergie merasa, sudah saatnya ia melepas bayang-bayang simbol ' setan merah ' yang selama hampir 3 dasawarsa ini melekat.

Karir Kepelatihan Sir Alex Fergusen

Pada bulan Juni tahun 1974, sesaat setelah pensiun sebagai pemain profesional, Fergusen ditunjuk menjadi manager paruh waktu untuk klub East Stirlingshire pada usia 32 tahun. Karir kepelatihannya di klub tersebut tidak berlangsung lama, karena pada bulan oktober di tahun yang sama, ia menerima pinangan untuk menjadi manager klub St. Mirren.

Karir fergusen di klub St. Mirren cukup cemerlang, selama 4 musim menangani klub tersebut ( 1974-1978 ), fergusen berhasil mengangkat klub kecil itu yang awalnya hanya disaksikan tak lebih dari 1000 penonton setiap pertandingan kandangnya, menjadi Klub juara liga scotlandia pada musim 1977 dengan permainan menyerang. Namun, kesuksesan Fergie mengangkat klub St. Mirren ke tangga juara liga scotlandia malah berujung pemecatan di tahun 1978, disinyalir konflik internal antara Fergusen dan para staffnya sebagai pemicu pemecatannya dirinya. dengan demikian, sepanjang sejarah kepelatihan fergie, hanya St. Mirren satu-satunya klub yang pernah memecat dirinya.

Selepas dirinya di pecat St. Mirren pada 1978, Furgusen menjadi Manager Aberdeen menggantikan Billy McNeil yang pindah ke Glasgow Celtic. Ia diharapkan mengembalikan kejayaan Aberdeen yang terakhir kali meraih title juara liga scotlandia pada tahun 1955.  Namun diawal awal ia melatih, karena terlalu muda untuk ukuran melatih klub bersejarah scotlandia, Fergie gagal meraih simpati dan respek dari para pemain Aberdeen, terutama pemain yang lebih tua darinya. Puncak prestasi fergie bersama Aberdeen adalah kala klub tersebut berhasil mengalahkan Real Madrid di final piala Winners 1983 dan menjuaarainya.


Membangun Pondasi yang kokoh bersama Manchester United

 Fergusen, yang lahir pada 31 desember 1941 ini, dikenal sebagai sosok manager dan pelatih yang disiplin. Pendekatan ini merupakan salah satu kunci sukses fergie bersama Manchester United.
 Ia tidak segan-segan memarahi pemain yang dinilai tidak tampil maksimal, dan dari sini muncul julukan hairdryer (pengering rambut) untuknya. Julukan ini muncul karena ia dianggap sering 'menyemprot' pemain ibarat pengering rambut.

Gayanya yang keras dan tak kenal kompromi juga dianggap sebagai faktor utama munculnya tulang punggung United dari pembinaan akademi yang terdiri dari Ryan Giggs, Paul Scholes, David Beckham, Nicky Butt, Gary dan Phil Neville, atau mereka yang sering medapat julukan ' Class of 92 '.

Datang ke Old Trafford pada 6 november 1986, Fergie tak sekedar membangun tim, namun membangun pondasi yang kokoh dan dinasti keemasaan untuk Setan Merah. lahirnya talenta muda dibawah kepelatihan Fergie, menjadi awal baru generasi emas ditahun tahun awal kepelatihan Alex Fugusen.

Kesabaran dewan direksi yang harus menanti tiga setengah tahun untuk hadirnya trofi pertama, Piala FA 1990, berujung indah. Meski dalam tekanan publik dan para fans Manchester, fergie mampu menjawab tantangan untuk kembali menghadirkan trophy kepada klub itu yang sudah lama tertidur.

Prestasi Fergie dan Puluhan trophy bersama Setan Merah..

Dominasi Ferguson bersama Manchester Merah nyata terlihat setelah terbentuknya Premier League, yang menggantikan Football League First Division sebagai kasta teratas Inggris, pada 1992/93. Sepanjang 21 tahun pergelarannya, hanya di delapan kesempatan United harus merelakan gelar EPL disambar klub lain. 13 edisi lainnya, termasuk diakhir musim kepelatihannya, berakhir dengan anak-anak asuh Sir Alex bertengger di puncak.

 Pencapaian fantastis yang mengantar The Red Devils (kini mengumpulkan 20 trofi) mendepak Liverpool (18) sebagai kolektor gelar Liga Inggris terbanyak. The Reds sendiri belum pernah menjuarai liga di era EPL.

Yang mencengangkan, United dibawah kepelatihannya Fergie bahkan tak sekali pun finish di luar zona tiga besar sepanjang sejarah Premier League! Raihan terburuk peringkat ketiga itu pun hanya terjadi di dua musim saja (2003/04 dan 2004/05). Sementara posisi liga terendah yang dicatat sang bos di era First Division adalah urutan ke-13 pada 1989/90.

Selama bertugas di Teater Impian, pria yang gemar sekali mengunyah permen karet saat timnya bertanding ini hanya lima kali mencicipi pahitnya mengakhiri musim tanpa raihan silverware, yaitu pada tiga musim pertamanya, kemudian pada 2001/02 dan 2004/05.

Puncak prestasi Fergie bersama Mu dikancah daratan eropa terjadi ketika membawa MU meraih supremasi tertinggi sepakbola daratan eropa, Juara liga champions UEFA pada 1999. Ditahun yang sama pula, fergie mempersembahan trophy juara liga inggris dan trophy FA Cup. The Treble Winners !

Manchester United pasca ditinggal Fergusen..

Sepeninggal Sir Alex Fergusen, Manchester United belum menorehkan prestasi yang gemilang. Ditinggal Fergusen musim kompetisi 2012.13, MU sudah berganti 3 kali manager. David Moyes, Luis Van Gaal dua diantaranya, dan kini The red devils dilatih oleh Jose Mourinho.

Juan Mata, salah satu rekrutan era David Moyes, merupakan bagian dari transisi MU pasca ditinggal Fergie. Ia bercerita, betapa sulitnya MU memulai era baru sepeninggal Sir Alex Furgusen. Ia pula turut merasakan naik turunnya performa MU disemua level kompetisi. Pahitnya, di era manager Moyes, MU mengalami masa masa sulit, dimana mengalami berbagai kekalahan memalukan . Terutama saat dilibas Swansea city di old trafford pada babak ke 3 piala FA dengan skor akhir 1-2.

Era kepelatihan Van Gaal, nasib Manchester United pun tak terlalu meyakinkan. Dua musim melatih MU, van gaal hanya mampu mempersembahkan trophy piala FA. Sebuah ajang kompetisi, yang hanya dipergunakan untuk merotasi para pemain cadangan yang jarang mendapat tempat di tim inti. Bahkan dimusim kompetisi 2014/15, van gaal hanya mampu membawa MU finish di urutan ke 6, dan hanya mendapat tiket ke UEFA CUP ( liga eropa ).

Kerinduan akan Fergie..

Ada banyak alasan, mengapa Fergie perlu kembali menukangi Manchester united dimasa krisis prestasi Setan Merah saat ini. Walau, kita belum menyaksikan hasil kepelatihan Jose Mourinho dimusim pertamanya, karena kompetisi belum usai, namun kita patut berandai, bahwa MU butuh seorang Fergie. Apa pasalnya? Fergie sangat paham 'dapur' setan merah . Fergie sangat mengenal baik karakter permainan MU yang sudah ia rintis selama lebih dari 25 tahun.

Desakan para Fans dan netizen untuk meminta kembali Fergie melatih, sebenarnya sudah menggema sejak akhir kompetisi musim lalu. Sejumlah raihan hasil buruk di bawah Van Gaal, memicu petisi dibeberapa media sosial yang mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap performa MU dalam 3 musim pasca ditinggal Sir Alex Furgusen. Para Fans menilai, reputasi MU dalam 3 dasawarsa ini tak seharusnya tercoreng dengan penampilan buruk diberbagai level kompetisi lokal dan eropa. Mereka menggaungkan semangat untuk Fergie bisa kembali melatih MU. Sebuah semangat yang diapresiasi oleh Fergie. Namun nampaknya Fergie belum mau (lagi) 'turun' gunung. Ditunjuk Jose Mourinho sebagai pelatih awal musim 2016/17, memupus banyak harapan para fans akan kedatangan lagi fergie ke old trafford.

Kita patut menunggu, apakah era Mou mampu mengembalikan kejayaan MU didaratan eropa dan dominasinya di liga inggris. Atau fans kembali bersabar hingga musim berikutnya, saat Mou kembali 'berbenah' mengurai permasalah MU dalam 3 tahun setelah fergie. Fergie, kembalilah...kami rindu treble winners itu...

Comments

Popular posts from this blog

4 tokoh komunis indonesia yang terlahir dari keluarga religius

Akhir akhir ini isu komunis begitu sensitif di negara kita. Gerakan komunis yang direpresentatifkan melalui Partai Komunis Indonesia ( PKI ) sebagai organisasi terlarang, diisukan bangkit kembali setelah kematiannya hampir setengah abad yang lalu. Momok mengerikan tentang kisah kekejaman PKI melalui rangkaian cerita sejarah terbitan orde baru, seakan membekas hingga generasi saat ini. Rezim orde baru dirasa sukses membuat diaroma kekejaman PKI, mengemasnya dalam berbagai cerita mencekam hingga menfilmkannya sebagai film tontonan wajib tuk semua kalangan setiap tanggal 30 september, selama 32 tahun rezim orde baru berkuasa. Seorang komunis selalu diidentikan dengan seorang atheis. Ateis atau ateisme dan komunis atau komunisme seakan menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ateisme tidak sama dengan komunisme. Ateisme adalah ketidakpercayaan terhadap keberadaan Tuhan. Dalam hal ini Tuhan personal, Sang Maha Pencipta, dan Maha Berkehendak. Sementara komunisme adalah

Ini dia Sederet nama Mantan Petinggi Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ) dilingkungan kekuasaan birokrasi

Aceh pernah mengalami konflik bersenjata selama berpuluh puluh tahun. Adanya kekecewaan terhadap kekuasaan orde baru di Jakarta, menjadi penyebab sebagian masyarakat sipil aceh berjuang mengangkat senjata untuk melawan. Kecendrungan sistem sentralistik orde baru, serta pembagian Sumber daya alam yang tak adil kepada rakyat Aceh, mendorong beberapa tokoh untuk berjuang melepaskan aceh dari bagian NKRI.  foto : wikipedia Adalah Hasan Tiro, tokoh yang disegani rakyat Aceh ini, kemudian membentuk Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ) pada tahun 1976 dan mendeklarasikan kemerdekaan Aceh. Kini konflik Aceh telah usai. Peristiwa Tsunami besar diakhir 2004, memaksa kedua belah pihak antara pemerintah RI dan GAM untuk bertemu, menyepakati perjanjian damai. Perjanjian damai Helsinki pada Agustus 2005, menjadi tonggak sejarah baru masa depan Aceh. Perjanjian damai yang ditandangi karena tekanan Internasional ini, memberi dampak positif terhadap Aceh, salah satunya Aceh memiliki kewenanga

Inilah Daftar Kekejaman Raja-raja di Nusantara

SEJARAH kerajaan di Nusantara tidak hanya berisi catatan soal kebesaran dan jatuh bangunnya raja-raja mereka. Tidak semua raja-raja tersebut mampu berlaku adil dan bijaksana. Kekuasaan absolut menjadi ajang mempertunjukkan kelaliman. Berikut ini raja-raja dan kekejamannya yang pernah tercatat dalam sejarah Nusantara. Kertajaya Memaksa Brahmana untuk Menyembahnya Raja Kediri Kertajaya alias Dangdang Gendis (memerintah 1194-1222) menyatakan diri sebagai dewa dan memerintahkan rakyat dan para pemuka agama menyembahnya. Kelakuannya tak seperti leluhurnya, Airlangga, pendiri kerajaan Kahuripan, yang terkenal karena toleransi beragama antara Budha dan Hindu. Tak terima kelaliman Kertajaya, banyak kaum brahmana melarikan diri. “Para brahmana yang berpengaruh lari ke timur untuk beraliansi dengan Ken Arok, perebut tahta dari Janggala,” tulis Ann R. Kinney dalam  Worshipping Siva and Buddha: The Temple Art of East Java . Perang besar terjadi pada 1222, pasukan Kertajaya kalah. K