Skip to main content

Cerita Sukitman : Penemu Sumur Lubang Buaya, Lokasi Jenazah para Jenderal korban Keganasan G30S PKI


Peristiwa Gerakan 30 September selamanya akan dikenang sebagai sejarah kelam bangsa Indonesia. Akibat gerakan tersebut, sebanyak enam jenderal dan satu perwira pertama TNI Angkatan Darat tewas mengenaskan. Ketujuh jenazah anggota TNI AD tersebut kemudian ditemukan di Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada 3 Oktober, 51 tahun lalu.

Penemuan jenazah ketujuh anggota TNI AD pada 3 Oktober 1965 tersebut tidak lepas dari peran Sukitman, seorang polisi yang pada 1 Oktober 1965 dipaksa dan dibawa ke Lubang Buaya oleh komplotan Gerakan 30 September. Pada malam penculikan jenderal AD, Sukitman tengah berpatroli di Jalan Iskandarsyah, Jakarta Pusat, dekat kediaman Jenderal Pandjaitan.

"Ternyata ketika penculikan para jenderal pada tanggal 1 Oktober 1965, agen polisi itu sedang bertugas, kemudian dipaksa dan dibawa ke Lubang Buaya. Dia berhasil meloloskan diri dari Lubang Buaya dan akhirnya ditemukan oleh patroli Resimen Tjakrabirawa." tulis Maulwi Saelan dalam buku 'Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa: Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66'.

Setelah ditemukan oleh patroli Resimen Tjakrabirawa, Sukitman lalu dibawa ke markas Resimen Tjakrabirawa yang berada di sebelah Istana Negara (sekarang gedung Bina Graha). Di sana dia diperiksa dan diinterogasi.

Dalam bukunya, Maulwi menjelaskan, pada tanggal 2 Oktober 1965, Sukitman bersama hasil pemeriksaannya diserahkan kepada Kodam V Jaya (Pangdamnya waktu itu, Mayjen TNI Umar Wirahadikusuma). Selanjutnya Sukitman diserahkan kepada Kostrad, dimana waktu itu Pangkostrad dijabat oleh Mayjen TNI Soeharto.

Setelah mempelajari keterangan Sukitman, Maulwi Saelan bersama Letna Kolonel AH Ebram dan Sersan Udara PGT Poniran berangkat menuju Halim Perdanakusuma.

"Saya bertemu dengan Kolonel AU/PNB Tjokro, perwira piket Halim Perdanakusuma dan menyampaikan maksud kedatangan saya. Kami dibantu seorang anggota TNI AU berpangkat Letnan Muda Penerbang, mencari lokasi yang diceritakan agen polisi tersebut," tulis Maulwi.

Di Lubang Buaya, lanjut Maulwi, dia menemukan sebuah pondok kecil yang di dekatnya terdapat sebuah pohon besar. Di sekitarnya ada sebidang tanah kosong yang terlihat tanda mencurigakan seperti baru digunakan. Setelah dikorek-korek, tanah kosong yang dipenuhi tumpukan daun-daunan ditemukan permukaan sebuah sumur tua. Bersama dengan warga, Maulwi melakukan penggalian.

Selang beberapa lama, muncul pasukan RPKAD yang dipimpin Mayor CI Santoso membawa Sukitman. Saat itu ikut pula ajudan Letnan Jenderal Ahmad Yani, Kapten CPM Subardi.

"Setelah mendapat penjelasan dari kami dan dicocokkan dengan keterangan agen polisi tersebut, penggalian dilanjutkan. Penggalian sulit dilakukan karena lubang sumur hanya pas untuk satu orang. Penggalian memakan waktu lama."

Lewat tengah malam, setelah melakukan penggalian cukup dalam, dari sumur tua mulai tercium bau tidak sedap. Dari sumur tua itu, akhirnya ditemukan jenazah ketujuh anggota TNI AD.

Penemuan posisi sumur tua di Lubang Buaya merupakan peran besar Sukitman. Sebagai tanda penghormatan dan penghargaan atas baktinya kepada bangsa dan negara semasa hidupnya, pemerintah melakukan upacara kemiliteran saat melepas jenazahnya saat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata. Sukitman wafat pada Senin siang 13 Agustus 2007 di Rumah Sakit Bhakti Yuda Depok.


*merdeka.com

Comments

Popular posts from this blog

4 tokoh komunis indonesia yang terlahir dari keluarga religius

Akhir akhir ini isu komunis begitu sensitif di negara kita. Gerakan komunis yang direpresentatifkan melalui Partai Komunis Indonesia ( PKI ) sebagai organisasi terlarang, diisukan bangkit kembali setelah kematiannya hampir setengah abad yang lalu. Momok mengerikan tentang kisah kekejaman PKI melalui rangkaian cerita sejarah terbitan orde baru, seakan membekas hingga generasi saat ini. Rezim orde baru dirasa sukses membuat diaroma kekejaman PKI, mengemasnya dalam berbagai cerita mencekam hingga menfilmkannya sebagai film tontonan wajib tuk semua kalangan setiap tanggal 30 september, selama 32 tahun rezim orde baru berkuasa. Seorang komunis selalu diidentikan dengan seorang atheis. Ateis atau ateisme dan komunis atau komunisme seakan menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ateisme tidak sama dengan komunisme. Ateisme adalah ketidakpercayaan terhadap keberadaan Tuhan. Dalam hal ini Tuhan personal, Sang Maha Pencipta, dan Maha Berkehendak. Sementara komunisme adalah

Ini dia Sederet nama Mantan Petinggi Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ) dilingkungan kekuasaan birokrasi

Aceh pernah mengalami konflik bersenjata selama berpuluh puluh tahun. Adanya kekecewaan terhadap kekuasaan orde baru di Jakarta, menjadi penyebab sebagian masyarakat sipil aceh berjuang mengangkat senjata untuk melawan. Kecendrungan sistem sentralistik orde baru, serta pembagian Sumber daya alam yang tak adil kepada rakyat Aceh, mendorong beberapa tokoh untuk berjuang melepaskan aceh dari bagian NKRI.  foto : wikipedia Adalah Hasan Tiro, tokoh yang disegani rakyat Aceh ini, kemudian membentuk Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ) pada tahun 1976 dan mendeklarasikan kemerdekaan Aceh. Kini konflik Aceh telah usai. Peristiwa Tsunami besar diakhir 2004, memaksa kedua belah pihak antara pemerintah RI dan GAM untuk bertemu, menyepakati perjanjian damai. Perjanjian damai Helsinki pada Agustus 2005, menjadi tonggak sejarah baru masa depan Aceh. Perjanjian damai yang ditandangi karena tekanan Internasional ini, memberi dampak positif terhadap Aceh, salah satunya Aceh memiliki kewenanga

Inilah Daftar Kekejaman Raja-raja di Nusantara

SEJARAH kerajaan di Nusantara tidak hanya berisi catatan soal kebesaran dan jatuh bangunnya raja-raja mereka. Tidak semua raja-raja tersebut mampu berlaku adil dan bijaksana. Kekuasaan absolut menjadi ajang mempertunjukkan kelaliman. Berikut ini raja-raja dan kekejamannya yang pernah tercatat dalam sejarah Nusantara. Kertajaya Memaksa Brahmana untuk Menyembahnya Raja Kediri Kertajaya alias Dangdang Gendis (memerintah 1194-1222) menyatakan diri sebagai dewa dan memerintahkan rakyat dan para pemuka agama menyembahnya. Kelakuannya tak seperti leluhurnya, Airlangga, pendiri kerajaan Kahuripan, yang terkenal karena toleransi beragama antara Budha dan Hindu. Tak terima kelaliman Kertajaya, banyak kaum brahmana melarikan diri. “Para brahmana yang berpengaruh lari ke timur untuk beraliansi dengan Ken Arok, perebut tahta dari Janggala,” tulis Ann R. Kinney dalam  Worshipping Siva and Buddha: The Temple Art of East Java . Perang besar terjadi pada 1222, pasukan Kertajaya kalah. K