Akhir akhir ini isu komunis begitu sensitif di negara kita. Gerakan komunis yang direpresentatifkan melalui Partai Komunis Indonesia ( PKI ) sebagai organisasi terlarang, diisukan bangkit kembali setelah kematiannya hampir setengah abad yang lalu. Momok mengerikan tentang kisah kekejaman PKI melalui rangkaian cerita sejarah terbitan orde baru, seakan membekas hingga generasi saat ini. Rezim orde baru dirasa sukses membuat diaroma kekejaman PKI, mengemasnya dalam berbagai cerita mencekam hingga menfilmkannya sebagai film tontonan wajib tuk semua kalangan setiap tanggal 30 september, selama 32 tahun rezim orde baru berkuasa.
Seorang komunis selalu diidentikan dengan seorang atheis. Ateis atau ateisme dan komunis atau komunisme seakan menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ateisme tidak sama dengan komunisme. Ateisme adalah ketidakpercayaan terhadap keberadaan Tuhan. Dalam hal ini Tuhan personal, Sang Maha Pencipta, dan Maha Berkehendak. Sementara komunisme adalah ideologi ekonomi politik. Oleh karena itu, tidak semua ateis adalah komunis dan tidak semua komunis adalah ateis. Seorang ateis bisa saja memiliki pandangan liberal, sekuler, kapitalis, atau juga komunis. Sementara itu, walaupun mungkin sebagian besar komunis adalah ateis, ada banyak orang beragama atau teis yang menganut komunisme sebagai ideologi ekonomi politiknya. Di Indonesia contoh yang terkenal adalah Haji Misbach. Sementara di India komunisme bukan hanya dirangkul, tetapi juga dipimpin oleh muslim, sementara di Amerika Latin, komunisme/marxisme mempengaruhi ajaran Katolik sehingga terbentuklah Teologi Pembebasan. Komunisme adalah paham yang menolak kepemilikan barang pribadi dan beranggapan bahwa semua barang produksi harus menjadi milik bersama.
Berikut 4 tokoh komunis indonesia yang terlahir dari keluarga religius :
- Dipa Nusantara Aidit ( D.N.Aidit )
Tidak banyak orang mengetahui bahwa seorang aidit dilahirkan dari keluarga taat beragama. Walau dididik lewat sekolah belanda masa itu, keluarga aidit tumbuh dari keluarga taat beragama. Ayahnya abdullah aidit, adalah seorang mantan matri kehutanan dan juga tokoh pendidikan islam di belitung, pendiri nurul islam, organisasi keagamaan yang dekat dengan Muhammadiyah. Aidit dan saudaranya belajar mengaji kepada pamannya, abdurrachman ketika kecil. Aidit bahkan khatam Al qur’an tiga kali, dan dikenal tukang adzan dikampungnya, karena suaranya sangat keras dan lantang. Hal ini yang menjadi modal besar ia saat dewasa kelak menjadi salah satu orator ulung partai komunis indonesia ( PKI ), dan terpilih sebagai ketua CC ( comittee central ) PKI.
- Musso
Kabar bahwa Musso diragukan sebagai anak Mas Martoredjo muncul dari informasi awal Ning Neyla Muna, keluarga Ponpes Kapurejo, Pagu, Kediri yang menyebut Musso itu adalah keluarga mereka.
Sulit untuk dipercayai, jika Musso anak pegawai kantoran biasa di desa, bisa menjadi pengikut Stalin dan fasih berbahasa Rusia. Bahkan untuk berteman dengan Stalin dan bisa melakukan aktivitasnya yang menjelajah antarnegara hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya di masa itu.
Kalau bukan anak orang berpengaruh, sulit pula baginya menjadi pengurus Sarekat Islam pimpinan H.O.S Tjokroaminoto. Selain di Sarekat Islam, Musso juga aktif di ISDV (Indische Sociaal-Democratishce Vereeniging atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda)
- Haji Misbach
Pada usia sekolah, dia ikut pelajaran keagamaan dari pesantren, selain di sekolah bumiputera "Ongko Loro". Basis pesantren serta lingkungan keraton Surakarta inilah yang kemudian mempengaruhi sosok Misbach nantinya menjadi seorang Mubaligh. Meski orang tuanya menjabat sebagai pejabat keagamaan keraton, hal tersebut tidak membuat dia jauh dari persoalan-persoalan yang dihadapi oleh rakyat.
Sepak terjang Haji Misbach di pergerakan komunis terlihat sejak tahun 1920 an, Pada kongres PKI tanggal 4 Maret 1923 yang dihadiri 16 cabang PKI, 14 cabang SI Merah dan beberapa perkumpulan serikat komunis, Misbach memberikan uraian mengenai relevansi Islam dan komunisme dengan menunjukkan ayat-ayat Al-Qur’an serta mengkritik pimpinan SI Putih yang munafik dan menjadikan Islam sebagai selimut untuk memperkaya diri sendiri. Pada tahun 1923 pula, dia menulis kritikannya terhadap Tjokroaminoto di Medan Moeslimin dengan judul “Semprong Wasiat: Disiplin Organsisi Tjokroaminoto Menjadi Racun Pergerakan Rakyat Hindia”.
Kekecewaannya terhadap lembaga-lembaga Islam yang tidak tegas membela kaum dhuafa, membuat dia memilih ikut Perserikatan Kommunist di Indie (PKI) ketika CSI (Central Sarekat Islam) pecah melahirkan PKI/SI Merah, bahkan mendirikan PKI afdeling Surakarta. Dia pun muncul sebagai pimpinan PKI di Surakarta, yang kemudian mengubah surat kabar Islam Bergerak menjadi Ra’jat Bergerak dan penyatuan secara de fakto organ PKI Yogyakarta berbahasa Melayu, Doenia Baroe, ke dalam Ra’jat Bergerak pada September 1923. Berjuang melawan kapitalisme, tak membuat dia tidak menegakkan Islam. Baginya, perlawanan terhadap kapitalis dan pengikutnya sama dengan berjuang melawan setan.
- M. H. Lukman
Ayah Lukman adalah seorang kyai, yang konon aktif di Sarekat Rakyat. Pada tahun 1926 ayah Lukman, Haji Muchlas melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Kolonial Belanda dan kemudian dipenjarakan karena peristiwa pemberontakan itu. Pada tahun 1929 Haji Muchlas dan keluarganya, termasuk Lukman kecil bersama adiknya ikut dibuang ke kamp tahanan Boven Digul, Papua Barat. Lukman, yang saat itu baru berusia 9 tahun, ikut dalam pembuangan tersebut. Dia tumbuh dewasa di antara tahanan politik. Saat di Boven Digul ayah Lukman dekat dengan Bung Hatta. Lukman pun diangkat anak oleh Bung Hatta. Karena persahabatan ayah Lukman dengan Bung Hatta yang begitu mendalam, Haji Muklas lalu memberikan nama M.H. di depan nama Lukman, yang menjadi Muhammad Hatta Lukman.
Pada tahun 1938 Lukman kembali ke kota asalnya Tegal, dan bekerja sebagai seorang kondektur bus sampai tahun 1942. Kemudian pada tahun 1943 dia bergabung dengan D.N. Aidit dan menjadi salah satu pimpinan dalam PKI.
Saat peristiwa Madiun terjadi, MH. Lukman dikabarkan mendapat perlindungan dari Mohammad Hatta sehingga dia bisa bebas dan melarikan diri keluar negeri bersama D.N. Aidit. Karier politiknya melesat bersama PKI dan dia diangkat menjadi Menteri Negara oleh Soekarno.
Comments
Prediksi Bola Brasil vs Venezuela 19 Juni 2019
Prediksi Bola Kolombia vs Qatar 20 Juni 2019
Prediksi Bola Argentina vs Paraguay 20 Juni 2019
Dan dapat Hubungi Kontak Whatsapp Kami +62-8122-222-995